Sabtu, 18 November 2017

KERONCONG KEMAYORAN

KERONCONG KEMAYORAN  GRUP GENERASI PENERUS


sewa grup keroncong jakarta


Keroncong kemayoran adalah WA : 0877-7532-8925 tidak lepas hanya dikenal atas judul lagu keroncong Kemayoran Benyamin Sueb sang maestro yang menjadi icon Betawi ketika itu. Sebutan keroncong kemayoran pun tertulis dalam sejarah musik keroncong di tanah air yang dalam perkembangannya memiliki peran memperkenalkan musik jenis keroncong. Istilah buaya keroncong jaman kolonial hanya dimiliki oleh keroncong kemayoran kala itu.

whatsapp tombol


Grup keroncong di kemayoran saat ini hidup kembali setelah beberapa waktu mengalami kekosongan dikarenakan kurangnya faktor regenerasi dan promosi saat itu. Saat ini di promosikan oleh beberapa   pemuda sebut saja Raka,Sugiman dan mas Yanto yang semuanya lahir dan dibesarkan di Kemayoran Serdang . Keroncong Kemayoran mudah mudahan  bangkit kembali dengan warna musik keroncong dan grup keroncong modern Irama Kemayoran adalah grup keroncong generasi penerus pendahulunya. Keroncong kemayoran dengan beberapa personil muda dengan semangat mengusung musik peninggalan warisan orang tua pendahulu yang tetap ingin melestarikan musik keroncong di kemayoran khususnya dan Indonesia agar tetap selalu dicinta dan tak usang oleh jaman.

GRUP KERONCONG MODERN

 

Lahirnya grup musik keroncong modern dengan penampilan lebih fres dan tidak terkesan jadul siap menghibur Bapak / Ibu apa bila ingin memperdengarkan musik keroncong untuk sekedar bernostalgia atau acara syukuran atau pernikahan. Kami grup  keroncong kemayoran siap tampil dengan musik keroncong asli atau musik kerocong modern membawakan lagu lagu pop , lagu daerah, lagu barat dan lainnya dengan iringan orkes keroncong kemayoran  modern.

Menerima permintaan sewa musik pernikahan lainnya baik itu Sewa organ tunggal, musik dangdut, sewa musik akuistik atau sewa  musik pernikahan untuk menghibur di acara pernikahan atau   event penting dari Bapak/Ibu yang memerlukan sewa alat band dan  sewa grup band beserta sewa sound system.

Demikian sekilas tentang sewa grup musik keroncong kemayoran asli di Jakarta dan musik lainnya yang dapat di pesan melalui no telp diatas. Semoga kami bisa ikut diberikan kesempatan menghibur serta memeriahkan suasana acara penting anda. 

Cek Penawaran :  Harga Sewa Grup Keroncong belum termasuk penyanyi dan sewa Sound System.

Hubungi kami untuk area layanan sewa grup keroncong Bekasi, Tanggerang, Bogor atau Tangerang.

Salam Keroncong kemayoran

Tak Kencrung

Selasa, 01 Desember 2015

KERONCONG, KERONCONG KEMAYORAN, MUSIK KERONCONG, KERONCONG TUGU, KERONCONG INDONESIA TAK HILANG DIMAKAN WAKTU


Sejarah keroncong di Indonesia tidak dapat dipisahkan dari keberadaan Kampung Tugu, Jakarta Utara. Di kampung kecil yang berada di pesisir utara Jakarta inilah awal berkembang keroncong di Kemayoran  yang akhirnya menemukan bentuknya.

Pada 1661, setelah Maluku berhasil diduduki oleh Belanda, sekumpulan orang Portugis beserta keluarganya dibuang ke Kampung Tugu. Lalu, mereka membentuk komunitas budaya Portugis. Konon, nama Kampung Tugu sendiri diambil dari kata Por-tugu-ese.

Banyak pihak beranggapan, keroncong Indonesia lahir dari Maluku, lalu menyebar ke penjuru Nusantara. Namun hal ini ditolak oleh pengamat music keroncong sekaligus Viktor Ganap, guru besar musikologi di Institut Seni Indonesia Yogyakarta.

"Tanpa peranan komunitas Tugu, musik keroncong Indonesia tidak akan pernah lahir seperti bentuknya yang sekarang ini," katanya di Jakarta, beberapa waktu lalu.

Orkes keroncong Tugu di Kampung Tugu sendiri secara terorganisir baru berdiri pada 1925 silam dengan nama Orkes Poesaka Krontjong Moresco Toegoe-Anno 1661. Orkes ini didirikan oleh Joseph Quiko.

Ditinjau dari segi musikalitas, sejatinya keroncong Tugu  memang musik Portugis namun mengalami akulturasi budaya. Para penduduk kampung Tugu inilah yang memiliki peran penting dalam penyebaran keroncong di Indonesia.

Pada mulanya musik keroncong dinyanyikan dalam bahasa Portugis. Lagu utama dan tertua keroncong di Indonesia, menurut Victor, yaitu Moresco. Lagu utama dalam setiap pertunjukan dan perlombaan musik keroncong di Jakarta yang kala itu bernama Batavia.

Setelah music keroncong mulai populer di masyarakat perkotaan pada akhir abad ke-19, Hindia Belanda ingin menghapus seluruh jejak peninggalan Portugis. Ujungnya, mewajibkan seluruh lagu keroncong Indonesia dinyanyikan dalam bahasa Melayu.

Buaya Keroncong

Pada rentang abad ke-20, popularitas music keroncong semakin melejit di masyarakat perkotaan. Banyak orkes music keroncong di Kemayoran yang mulai bermunculan di Batavia pada masa itu.

Berawal dari kampung Tugu, orkes musik keroncong kemudian menyebar ke wilayah lain yang berdekatan . Misalnya di Kampung Bandan, dan Kemayoran. Kehidupan pemusik keroncong di Kampung Bandan sendiri ditopang oleh masyarakat nelayan buangan yang menetap di sana.

Berbeda dengan kehidupan pemusik keroncong di Kampung Bandan, komunitas keroncong Kemayoran mengalami nasib lebih baik. Karena lokasinya yang berdekatan dengan pusat kota, keroncong Kemayoran  mendapat dukungan dari kelompok masyarakat Indo-Belanda.

Salah satu orkes Musik keroncong Kemayoran yang sukses adalah De Krokodilen, yang berarti buaya keroncong. Mereka tampil sebagai pemusik keliling dengan penampilan yang menghibur. Para orang tua pun merasa resah karena takut anak gadisnya tergila-gila pada para pemusik keroncong ini .

"Sejak itulah pemusik keroncong memperoleh julukan buaya keroncong," tutur Viktor.

Menurut Viktor, ada beberapa alasan mengapa musik keroncong bisa bertahan dan mencapai puncak popularitasnya. Pertama, musik keroncong  adalah musik baru yang bukan klasik Barat, juga bukan gamelan lokal. Musik keroncong pada waktu itu hadir sebagai alternatif hiburan masyarakat.

"Yang terpenting dari proses Indonesia-nisasi music keroncong adalah pada zaman Belanda, keroncong sering dilombakan di panggung-panggung terbuka," ucap Viktor.

Kedua, musik keroncong mendapat dukungan dari berbagai pihak. Dari Pemerintah Hindia-Belanda sendiri memberi panggung secara terang-terangan bagi pemusik keroncong. Misalnya, dengan memberi kesempatan untuk tampil di Pasar Malam Gambir. Selain itu dukungan dari komunitas Indo-Belanda yang menyukai musik keroncong juga tak kalah penting.


Ketiga, ada roda ekonomi yang berputar dengan cepat di Batavia akibat popularitas musik keroncong. Para perajin gitar keroncong Indonesia dari Kampung Tugu menyetor produknya ke Passer Baroe (Pasar Baru) dan laris diborong oleh kelompok orkes yang menjamur di sudut-sudut kota Batavia.

PERKEMBANGAN MUSIK KERONCONG, KERONCONG KEMAYORAN, KERONCONG INDONESIA, KERONCONG ASLI, KERONCONG JAWA, MUSIK KERONCONG

PERKEMBANGAN MUSIK KERONCONG INDONESIA Perkembangan Musik Keroncong  Indonesia. Sejarah Musik Keroncong Indonesia adalah sejenis musik Indonesia yang memiliki hubungan historis dengan sejenis musik Portugis yang dikenal sebagai fado. Sejarah keroncong Indonesia dapat ditarik hingga akhir abad ke-16,di saat kekuatan Portugis mulai melemah di Nusantara. Keroncong Indonesia berawal dari musik yang dimainkan para budak dan opsir Portugis dari daratan India (Goa) serta Maluku. Bentuk awal musik ini disebut keroncong moresco, yang diiringi oleh alat musik dawai. Dalam perkembangannya, masuk sejumlah unsur tradisional Nusantara, seperti penggunaan seruling serta beberapa komponen gamelan. Pada sekitar abad ke-19 bentuk musik campuran ini sudah populer di banyak tempat di Nusantara, bahkan hingga ke Semenanjung Malaya. Masa keemasan ini berlanjut hingga sekitar tahun 1960-an, dan kemudian meredup akibat masuknya gelombang musik Gambar 2.1. Keroncong Indonesia Tempoe Doeloe 7 populer (musik rock yang berkembang sejak 1950, dan berjayanya musik Beatle dan sejenisnya sejak tahun 1961 hingga sekarang). Meskipun demikian, musik keroncong masih tetap dimainkan dan dinikmati oleh berbagai lapisan masyarakat di Indonesia dan Malaysia hingga sekarang. Sejarah Keroncong Indonesia dapat dibagi dalam 3 (tiga) tahap yaitu Keroncong Tempo Doeloe; Keroncong Abadi; dan Keroncong Modern. Salah satu tokoh Indonesia yang memiliki kontribusi cukup besar dalam membesarkan musik keroncong Indonesia adalah bapak Gesang. Salah satu lagunya yang paling terkenal adalah Bengawan Solo. Lantaran pengabdiannya itulah, oleh Gesang dijuluki “Buaya Keroncong” oleh insan keroncong Indonesia,sebutan untuk pakar musik keroncong. Sejarah Keroncong Indonesia dapat dibagi dalam 3 (tiga) tahap yaitu KERONCONG TEMPO DOELOE; KERONCONG ABADI; dan KERONCONG MODERN. KERONCONG TEMPO DOELOE (1880-1920) berlangsung sejak kedatangan Bangsa Portugis ke Indonesia sekitar tahun 1600-an tetapi baru berkembang sebagai Musik Keroncong pada akhir Abad XIX (ditemukan Ukulele di Hawai pada tahun 1879[1] hingga sekitar setelah Perang Dunia I (sekitar 1920). Pada waktu itu disebut dengan lagu-lagu STAMBOEL: Stamboel I, Stamboel II, dan Stamboel III dengan standar lagu panjang 16 birama. Contoh lagu Stb I POTONG PADI, Stb I NINA BOBO, Stb I SOLERAM, dsb.; contoh lagu Stb II JALI-JALI, Stb II SI JAMPANG, dlsb.; dan contoh lagu Stb III Keroncong KEMAYORAN (hanya ini yang ada). Masa ini Keroncong Kemayoran berkembang sejak dari desa Toegoe (Cilincing Jakarta sekarang), kemudian hijrah ke Gambir dan Kemayoran maka lahirlah sebutan keroncong Kemayoran , sehingga tidak heran kalau cengkok dan irama menjadi cepat dan lincah dari ciri khas keroncong Kemayoran. Banyak kelompok musik pada masa ini (seperti Lief Indie) yang memainkan lagu stamboel selain komedi stamboel itu sendiri. 8 KERONCONG ABADI (1920 – 1959) berlangsung sejak setelah Perang Dunia I (1920) hingga setelah Kemerdekaan (1959)masa keemasan jenis music keroncongKemayoran  cepat dan lincah itu. Pada waktu hotel-hotel di Indonesia dibangun seperti Hotel Savoy Homan dan Hotel Preanger di Bandung, jaringan Grand Hotel di Cirebon, Yogyakarta, Sala, Madiun, Malang, dsb., di mana pada hotel-hotel tersebut diadakan musik dansa, maka lagu jenis cepat lincah keroncong asli  mengikuti musik dansa asal Amerika, terutama dengan panjang 32 birama (Chorus: Verse-Verse-Bridge-Verse atau A-A-B-A). Pada masa ini dikenal dengan 3 jenis KERONCONG, yaitu: Langgam Keroncong, Stambul keroncong, dan Keroncong Asli. Contoh lagu Langgam BANGAWAN SALA, Langgam TIRTONADI, Lg DI BAWAH SINAR BULAN PURNAMA, Langgam SALA DI WAKTU MALAM;  Stambul JAUH DI MATA, Stambul DEWA-DEWI; Keroncong  PURBAKALA, Keroncong SAPULIDI, Keroncong MORESKO. Pada waktu itu juga lahir keroncong jawa (Langgam Jawa): YEN ING TAWANG (1935). Pada perjalanan juga menjadi terkenal oleh penyanyi WALJINAH (1963). Pada masa ini Keroncong Jawa berpindah ke SOLO, sehingga dengan irama keroncong jawa dengan ciri yang lebih lambat dan lemah gemulai. Pada Pekan Raya (Yaar Beurs) di Sala penyanyi legendaris adalah Miss Any Landauw dan Abdullah, sedangkan pemain biola legendaris asal Betawi adalah M. Sagi. KERONCONG MODERN (1959-sekarang). Pada tahun 1959 Yayasan Tetap Segar Jakarta pimpinan Brijen Sofyar memperkenalkan KERONCONG POP atau KERONCONG BEAT, yaitu sejalan dengan perkembangan musik pop pada waktu itu dengan pengaruh ROCK ‘n ROLL dan BEATLES. Lagu-lagu Indonesia, Daerah maupun Barat diiringi dengan Keroncong Beat. Misalnya NA SO NANG DA HITO (Batak), AYAM DEN LAPEH (Padang), PILEULEUYAN (Sunda), dsb, Pada tahun sekitar 1968 di daerah Gunung Kidul Yogyakarta musisi Keroncong Jawa Manthous memperkenalkan apa yang disebut CAMPURSARI, yaitu 9 keroncong dengan gamelan dan kendang. Selain itu juga dipakai instrumen elektronik seperti bass guitar, electric bass, organ, sampai juga dengan saxophon dan trompet. Musisi Keroncong Jawa  yang gencar memainkan Campursari adalah Didi Kempot: Stasiun Balapan, Tanjung Emas, Terminal Tirtonadi, dsb.(http://cecepprabudi.wordpress.com/perkembangan-musikkeroncong) Munculnya Musik Keroncong di Indonesia Musik keroncong Asli dapat dipandang sebagai salah satu kekayaan music keroncong asli  tertua di Indonesia yang pernah memperoleh masa kejayaannya pada 1960-an. Sayangnya, saat ini genre music keroncong Indonesia ini kurang mendapat perhatian dari industri musik (rekaman dan hiburan) di Indonesia. Media teknologi, seperti televisi dan radio swasta nasional, sangat jarang bahkan tidak pernah memberikan ruang khusus untuk genre musik ini. Bahkan Televisi Republik Indonesia (TVRI) sebagai salah satu media pemerintah, yang seharusnya mendukung kelestarian musik keroncong Indonesia sebagai salah satu kekayaan kesenian asli Indonesia, hanya memberikan satu acara khusus Gambar 2.2. Rumah Keroncong Yang Berkembang Awal Di Indonesia 10 untuk musik keroncong, yaitu Gebyar Keroncong Indonesia, yang hanya disiarkan satu kali dalam seminggu. Upaya mempertahankan musik keroncong asli dalam masyarakat juga tetap dilakukan oleh komunitas pendukungnya. Adanya beberapa album rekaman penyanyi keroncong jawa, misalnya Sundari Sukotjo yang didukung oleh perusahaan rekaman PT. Gema Nada Pertiwi, merupakan salah satu fakta bahwa masih ada usaha dari pihak industri musik rekaman untuk tetap mendukung keberadaan musik keroncong Indonesia. Sayangnya, apabila kita perhatikan di toko-toko kaset/CD/VCD/DVD, album-album rekaman tersebut seringkali diletakkan di tempat yang kurang menarik perhatian pengunjung, berbeda dari penempatan album-album rekaman musik pop yang merupakan arus utama (mainstream) dalam musik populer. Kurangnya dukungan industri musik di Indonesia terhadap music keroncong Indonesia  semakin jelas terlihat dalam daftar calon penerima penghargaan AMI Awards ke-11 (Kompas, 15 April 2008), misalnya, di mana tidak ada satu pun lagu atau nama penyanyi keroncong Jawa yang tercantum di dalamnya. Berdasarkan kenyataan ini maka timbul pertanyaan: apakah lagu atau penyanyi keroncong asli memang tidak layak menerima penghargaan seperti itu? mengapa musik atau lagu keroncong asli dimarjinalkan oleh industri musik di Indonesia? apakah musik keroncong asli dapat memperoleh apresiasi masyarakat seperti halnya musik pop yang saat ini menjadi arus utama (mainstream) dalam musik populer? Ketiga pertanyaan di atas membutuhkan suatu pemahaman mendalam bahwa music keroncong indonesia sebagai salah satu aspek kebudayaan, memiliki keterkaitan yang erat dengan teknologi, ekonomi, sosial budaya, dan juga kekuatan politik atau ideologis (Kaemmer, 1993). Simon Frith dalam bukunya The Sociology of Rock (1978) pernah mengutip pernyataan Manfred Mann bahwa kekuasaan musik populer berasal dari popularitasnya. Musik   menjadi suatu budaya massa dengan memasuki suatu kesadaran massa, dengan didengar secara simultan melalui radio dan media teknologi, atau di pub dan cafe. Musik massa adalah musik yang direkam. Rekaman musik yang tidak dijual mengakibatkan rekaman tersebut tidak populer sehingga tidak dapat memasuki kesadaran massa (mass consciousness), apa pun bentuk artistik, otentisitas dan daya tarik khusus musik tersebut. Kritikus budaya massa menegaskan bahwa pihak yang mengawasi pasar juga akan mengawasi makna. Mereka juga mengargumentasikan bahwa konsumen pendengar tidak berperan dalam kreasi kultural, bahkan pilihanpilihan mereka pun dimanipulasi dan dibatasi. Pernyataan di atas secara jelas memperlihatkan adanya hegemoni pihak elit kekuasaan politik-ekonomi yang mendominasi industri musik dalam mempengaruhi dan mengawasi selera masyarakat terhadap musik (Lockard, 1998; Shuker, 2006). Aspek terpenting dari hegemoni adalah bahwa hegemoni menyembunyikan relasi-relasi kekuasaan dan tatanan sosial yang ada (Shuker, 2006). Gagasan-gagasan dan aturan-aturan tertentu dikonstruksi sebagai sesuatu yang dapat diterima secara alami dan universal. Salah satu pihak elit kekuasaan adalah pihak kapitalis yang menguasai industri musik (rekaman maupun hiburan) dan media cetak. Usaha yang dilakukan pihak kapitalis adalah membentuk selera pasar atau mengeksploitasi selera publik, misalnya apa yang dikonsumsi publik akan menentukan apa yang diproduksi dalam tujuan untuk memperoleh keuntungan maksimal (Frith, 1981; Middleton dalam Coates, 2005). Oleh karena itu, tidaklah heran apabila Bourdieu dalam bukunya Distinction (1984) mengemukakan bahwa terdapat kecenderungan pada beberapa ilmuwan sosial yang berpikir bahwa musik sangat tepat dikaji sebagai suatu karakter selera dan konsumsi budaya karena musik melibatkan pilihan atas penggunaan waktu dan sumber. 12 Oleh karena itu, tidaklah heran apabila banyak pihak yang berpandangan bahwa musik keroncong indonesia tampaknya akan “abadi”, paling tidak itu menjadi impian di kalangan seniman musik dan penggemar musik keroncong asli  di Tanah Air. Namun, sebagaimana produk budaya yang lain, untuk tetap bertahan di tengah pelbagai perubahan zaman, musik keroncong asli harus terus mengikuti perkembangan. Salah satu upaya mengeksplorasi musik keroncong asli telah dilakukan oleh salah seorang penyanyi perempuan Indonesia, Nyak Ina Raseuki (Ubiet) dalam albumnya Ubiet Keroncong Tenggara (Ragadi Musik, 2007). Apabila didengarkan secara cermat, gaya bernyanyi yang dilakukan oleh Ubiet dalam menyanyikan lagu-lagu keroncong, khususnya melalui ornament ornamen etnik yang ia gunakan, sehingga terdengar berbeda dari umumnya gaya bernyanyi penyanyi keroncong asli. 2.1.3. Instrumen Yang Digunakan Gambar 2.3.Instrumen Keroncong 13 Instrumen Musik yang dipakai dalam orkes keroncong mencakup:  Ukulele cuk, berdawai 3 (nilon), urutan nadanya adalah G, B dan E;· sebagai alat musik utama yang menyuarakan crong - crong sehingga disebut keroncong asli (ditemukan tahun 1879 dihawai, dan merupakan awal tonggak mulainya musik keroncong)  Ukulele cak, berdawai 4 (baja), urutan nadanya A, D, Fis, dan B. Jadi· ketika alat musik lainnya memainkan tangga nada C, cak bermain pada tangga nada F (dikenal dengan sebutan in F);  Gitar akustik sebagai gitar melodi, dimainkan dengan gaya· kontrapuntis (anti melodi);  Biola (menggantikan Rebab); sejak dibuat oleh Amati atau· Stradivarius dari Cremona Itali sekitar tahun 1600 tidak pernah berubah modelnya hingga sekarang;  Flute (mengantikan Suling Bambu), pada Era Tempo Doeloe memakai· Suling Albert (suling kayu hitam dengan lubang dan klep, suara agak patah-patah, contoh orkes Lief Java), sedangkan pada Era Keroncong Abadi telah memakai Suling Bohm (suling metal semua dengan klep, suara lebih halus dengan ornamen nada yang indah, contoh flutis Sunarno dari Solo atau Beny Waluyo dari Jakarta).  Selo/ Cello : betot menggantikan kendang, juga tidak pernah berubah· sejak dibuat oleh Amati dan Stradivarius dari Cremona Itali 1600, hanya saja dalam keroncong dimainkan secara khas dipetik/pizzicato;  Kontrabas (menggantikan Gong), juga bas yang dipetik, tidak pernah· berubah sejak Amati dan Stradivarius dari Cremona Itali 1600 membuatnya.

Senin, 30 November 2015

NAMA KERONCONG KEMAYORAN TAK LEPAS DARI SEJARAH MUSIK KERONCONG INDONESIA


Keroncong kemayoran tentu saja merupakan bagian dari dunia musik Keroncong Indonesia. Mereka, tokoh keroncong Kemayoran adalah orang-orang dengan dedikasi tinggi terhadap musik keroncong Indonesia. Memiliki hubungan serta keterikatan emosional dengan musik yang selalu dikhaskan serta identik dengan orang jawa dan dengan demikian  sebutannya menjadi keroncong Jawa  dikarenakan banyak orang jawa yang menyukai jenis musik yang satu ini . Grup Keroncong kemayoran youtube

Budiman BJ Tokoh Keroncong Indonesia
Biola adalah alat musik yang dipakai  musik keroncong Kemayoran sejak dahulu ketika musik keroncong di bawa oleh bangsa Portugis sampai ke tanah Jawa.  Memang tidak bisa dihindari. Salah satu penyebabnya mungkin dari banyaknya penyanyi keroncong Kemayoran yang yang berdarah Betawi di perkumpulan Keroncong Kemayoran  dan  yang berdarah  Jawa  Budiman BJ di Group Bintang Jakarta salah satunya dan  perkumpulan  keroncong Jawa membawa pulang pengaruh musik keroncong Jawa kekampung halamanya. Entahlah, rasanya penyanyi keroncong Kemayoran juga banyak yang berasal dari daerah lain, tapi yang lebih mendapatkan kesempatan mungkin para tokoh keroncong jawa dari daerah Jawa maka keidentikan tersebut menjadi ciri khas yang dalam perkembangannya mendapat sebutan bahwa keroncong adalah musik orang Jawa.
Ciri khas musik keroncong Jawa  yang mendayu-dayu dan bernada  lembut sepertinya menjadi salah satu faktor yang identik  dan semakin memperkuat kesan musik keroncong Jawa  dengan tokoh keroncong Indonesia berdarah Jawa. Mendengarkan musik keroncong Jawa , pasti akan langsung membawa kita ke dalam suasana Jawa yang khas.

Keberadaan tokoh keroncong di Indonesia ini belakangan harus diakui mendapatkan sedikit ganjalan. Tertindas oleh kemajuan zaman, musik-musik keroncong asli   perlahan mulai tergeser oleh musik-musik beraliran masa kini. Berbeda ketika dulu musik keroncong kemayoran   masih menjadi jenis musik yang masih banyak digemari atau jaman keemasanya.

Meskipun demikian, musik keroncong asli nyatanya masih mempunyai penggemar setia. Acara-acara keroncong asli  yang kini sudah tidak begitu banyak terdengar kenyataannya masih saja diminati dan dikunjungi oleh para penggemar musik keroncong asli. Tokoh keroncong Indonesia masih memiliki tempat  di hati para penggemarnya.

Musik keroncong di Indonesia  berasal dari Portugis, dan berkembang di Nusantara lewat para pelaut dan budak kapal niaga bangsa tersebut. Di masa penjajahan, musik keroncong Indonesia   berkembang pesat dan melahirkan lagu-lagu keroncong Indonesia dengan cita rasa nasionalisme yang kental. Salah satu tokoh keroncong Indonesia   yang terkenal masa itu adalah Ismail Marzuki.

Selanjutnya, musik keroncong Indonesia tetap populer di masa-masa awal kemerdekaan, bahkan terus koroncong Indonesia bertahan hingga beberapa dekade berikutnya. Belakangan ini memang keroncong asli  mulai berkurang popularitasnya dibanding musik-musik modern. Tokoh keroncong Indonesia pun perlahan ikut kehilangan pamor. Namun, keroncong asli  kita telah menjadi warna yang unik dalam perkembangan musik keroncong di tanah air.